
Di negeri pagi buta, hujan turun perlahan, Mengetuk jendela dengan irama yang sama, Seolah-olah ingin membangunkan jiwa-jiwa yang terlelap, Namun, siapa peduli? Semua sibuk dengan mimpi semu.
Hujan pagi, oh hujan pagi, Kau datang membawa dingin dan basah, Tapi lihatlah, para penguasa negeri ini, Mereka berlindung di balik payung janji-janji.
Di jalanan, genangan air menjadi cermin, Memantulkan wajah-wajah yang lupa tersenyum, Anak-anak berlarian, mencari pelangi, Namun yang mereka temukan hanya peluh dan debu.
Para petani menatap langit dengan harap, Namun sawah mereka tetap kering, Karena hujan pagi hanya singgah di kota, Menyirami beton dan aspal yang haus.
Di balik jendela kaca gedung tinggi, Para pemimpin berdiskusi tentang cuaca, Mereka berkata, “Hujan adalah berkah,” Sambil menyesap kopi impor yang hangat.
Oh hujan pagi, kau adalah ironi, Di satu sisi kau membawa kehidupan, Namun di sisi lain, kau mengingatkan, Bahwa negeri ini masih terlelap dalam mimpi panjang.
Hujan pagi, teruslah turun, Basahi tanah yang merindukan sentuhanmu, Dan semoga suatu hari, Kau membangunkan negeri ini dari tidur panjangnya. (clint perdana)
Tentang rinai hujan mungkin tidak akan menjadi cerita yang selesai. Karena setiap ia turun, pasti punya cerita yang pastinya berbeda dari hujan sebelumnya. Hujan telah mengajarkan banyak hal.
Oh ya, puisinya bagus
LikeLike
Terima kasih atas apresiasinya dan benar bagaimanapun hujan akan selalu menjadi pembawa berkah berkubang cerita di setiap detail takdir Ilahi untuk setiap insan Nya.
terima kasih, sehat selalu
LikeLike
Siap kak. Jangan lupa mampir di postingan saya ya kak.
Mohon like dan komennya untuk pemenuhan tugas mata kuliah.
Hehehe
LikeLike