
Di tengah hiruk-pikuk dan klakson yang tak pernah berhenti, ada sebuah seni yang dipelajari oleh setiap pekerja pendatang di Jakarta: seni bertahan. Pagi dimulai tidak hanya dengan alarm, tetapi juga dengan keberanian menghadapi lalu lintas yang lebih mirip labirin. Namun, di balik kegilaan itu, tersimpan rahasia kecil untuk tetap prima.
Alarm berbunyi pukul setengah 5 pagi, dan pertunjukan dimulai. Saya melompat dari tempat tidur, ambil wudhu lalu ibadah, berlari ke dapur untuk sarapan sambil mengecek aplikasi lalu lintas, berharap tidak ada “monster macet” yang muncul.
Sarapan? Ah, itu seringkali hanyalah roti gandum yang diselipkan di tas, untuk dimakan sambil memandangi drama lalu lintas dari jendela bus.
Namun, ada keajaiban di pagi hari. Saya belajar menemukan kedamaian dalam kesibukan, entah itu melalui meditasi singkat sebelum melangkah keluar atau mendengarkan musik favorit. Ini bukan hanya tentang mengisi perut, tapi juga jiwa, agar siap menghadapi apa pun yang dilontarkan Jakarta kepadaku.
Perjalanan ke kantor adalah waktu terbaik untuk menemukan diri sendiri. Di antara suara klakson dan deru mesin, saya menemukan ketenangan dalam podcast motivasi atau audiobook. Ini adalah saat saya membiarkan pikiran saya terbang, belajar sesuatu yang baru, atau sekadar tertawa mendengar lelucon dari acara radio favorit.
Kadang, saya mengamati orang-orang di sekitar, masing-masing tenggelam dalam dunianya sendiri. Ada yang sibuk dengan ponsel, beberapa tertidur, dan tidak sedikit yang tampaknya sedang bermeditasi. Jakarta, kota yang tak pernah tidur, ironisnya menjadi tempat yang sempurna untuk refleksi diri.
“Happiness is not something ready-made. It comes from your own actions.”
Dalai Lama
Setelah berhasil melewati rintangan lalu lintas, tantangan berikutnya adalah di kantor. Di sini, seni bertahan berubah menjadi seni berinteraksi dan menyeimbangkan. Rapat yang seharusnya bisa dikirim lewat email dan pencarian Wi-Fi terkuat adalah bagian dari komedi sehari-hari.
Namun, di tengah kekacauan ini, saya belajar tentang pentingnya time management dan break singkat. Sejenak meninggalkan meja, menikmati secangkir kopi, atau berbincang ringan dengan rekan kerja bisa menjadi penyegar yang luar biasa.
Ah, perjalanan pulang. Ini adalah babak terakhir dari drama sehari-hari. Setiap lubang jalan dan lampu lalu lintas memiliki ceritanya sendiri. Saya sering menemukan diri saya bermain tebak-tebakan dengan diri sendiri, mencari jalur tercepat untuk sampai ke rumah.
Namun, begitu sampai di rumah, semua kelelahan terbayar. Waktu berkualitas, baik itu mengerjakan hobi atau menghabiskan waktu dengan keluarga, adalah pengisi ulang energi terbaik. Di sinilah saya mengumpulkan kekuatan untuk bertarung lagi keesokan harinya.
So … Bertahan hidup di Jakarta bukan hanya tentang menghadapi lalu lintas, tapi tentang bagaimana kita menghadapi kehidupan. Setiap hari adalah pelajaran baru tentang kesabaran, ketahanan, dan kegembiraan.
Di Jakarta, kita tidak hanya belajar untuk mengemudi, tapi juga untuk mengemudikan kehidupan dengan ceria dan penuh warna. (clint)
Sport
LikeLike