Libur Lagi? Begini Cara Pegawai dan Pengusaha Menghadapi Invasi Hari Libur

We are different; source: GreePost

Bulan Mei 2024 di Indonesia ini bener-bener surga buat siapa saja yang mendambakan istirahat. Kalendar merah penuh sesak, seolah-olah undangan untuk bernapas lega dari kepenatan sehari-hari.

Tapi, tahukah kamu? Cara pandang seorang wirausaha dan pegawai kantoran terhadap serbuan hari libur ini bisa jadi serupa tapi tak sama.

Pegawai kantoran kebanyakan menyambut hari libur dengan riang gembira. Bagi mereka, ini kesempatan emas untuk mengejar balik serial TV yang tertunda, menikmati kebersamaan dengan keluarga, atau sekedar menghabiskan waktu tanpa alarm yang mengganggu. Bagi mereka, hari libur adalah oasis di tengah padang pasir rutinitas kerja.

Namun, seberang cerita, para wirausaha memiliki kacamata berbeda. Setiap hari libur bisa jadi dua sisi mata uang. Di satu sisi, ini kesempatan untuk melaju lebih kencang, memanfaatkan kekosongan pasar sementara kompetitor lain ‘beristirahat’. Di sisi lain, hari libur bisa jadi hambatan, terutama bagi bisnis yang bergantung pada interaksi langsung dengan pelanggan atau klien.

Penurunan trafik konsumen dan gangguan dalam rantai pasokan adalah isu nyata yang bisa menghantam pengusaha.

Dari sisi bisnis, pegawai kantoran cenderung mengikuti alur yang sudah ditentukan. Mereka bisa ‘mematikan tombol’ sejenak dari pekerjaan. Berbeda dengan wirausaha yang selalu harus siaga, hari libur atau tidak, karena bisnis adalah bayi yang membutuhkan perhatian 24/7.

Namun, keduanya sebenarnya berbagi tantangan serupa: mencari keseimbangan.

Bagi pegawai kantoran, ada bahaya ‘terlalu rileks’ yang mungkin membuat mereka sulit kembali ke ritme kerja. Wirausaha, di lain pihak, mungkin menghadapi risiko kelelahan karena tidak pernah benar-benar ‘terlepas’ dari pekerjaan.

Secara psikologis, pegawai kantoran mungkin mengalami apa yang disebut dengan ‘Sunday Scaries’, kecemasan menjelang akhir hari libur dan kembalinya ke rutinitas kerja. Sementara itu, wirausaha bisa mengalami ‘The Entrepreneurial Blues’, rasa cemas konstan akan ketidakpastian dan beban tanggung jawab yang tak pernah benar-benar hilang.

Dari sudut pandang yang lebih luas, bulan penuh hari libur ini adalah ujian adaptasi. Pegawai kantoran diajak untuk lebih menghargai waktu luang dan belajar kembali mengatur ritme kerja. Sementara itu, wirausaha diajak untuk mungkin, sesekali, berhenti sejenak, menghirup udara segar, dan mengingatkan diri sendiri bahwa ada dunia di luar pekerjaan yang juga pantas dinikmati.

Yang menarik adalah bagaimana keduanya, meskipun berbeda, saling melengkapi dalam ekosistem kerja. Hari libur bagi pegawai kantoran adalah kesempatan untuk recharge, yang membuat mereka lebih produktif dan bersemangat ketika kembali bekerja. Untuk wirausaha, ini bisa jadi waktu untuk refleksi atau inovasi, memikirkan strategi baru saat dunia sejenak melambat.

So, apa pun posisimu saat ini, coba lihat hari libur tidak hanya sebagai kesempatan untuk istirahat atau bekerja, tapi juga sebagai momen untuk belajar, beradaptasi, dan tumbuh. Di bulan Mei yang penuh warna ini, mari kita jadikan hari libur sebagai teman, bukan lawan.

Enjoy the day, karena kadang, jeda sejenak adalah langkah tercepat menuju keberhasilan yang lebih besar!

(clint perdana)

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑