Bisnis dengan Hati: Menerapkan ESG untuk Masa Depan yang Lebih Berkelanjutan

wind turbine, solution. Original public domain image from Flickr

Halo, sobat Pebisnis! Pernah denger soal ESG? Jangan-jangan kamu kira itu singkatan dari Es Serut Gula, Es Susu Gula, atau mungkin Energi Super Gaul? Hehe, sabar dulu. Meski ESG ini nggak ada hubungannya dengan es atau energi dalam arti yang biasa kamu pahami, tapi ESG ini punya energi super dalam dunia bisnis dan investasi.

Yuk, kita coba kupas apa itu ESG dengan bahasa yang lebih santai dan ringan karena kita semua sama-sama sedang belajar.

Siap-siap ya, pengetahuan baru lagi nih!

ESG adalah singkatan dari Environmental, Social, dan Governance, yang dalam bahasa kita, adalah Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola

Aduh, kok malah tambah bingung, ya? Oke, coba bayangkan ESG itu seperti sepak bola. Ya, sepak bola, olahraga yang paling digemari di Indonesia. Gimana analoginya? Yuk, kita ulas satu per satu!

Environmental (Lingkungan)

Dalam sepak bola, ada hal yang sangat penting, yaitu lapangan. Tanpa lapangan yang baik, pemain akan sulit berlari dan bola pun nggak bisa digiring dengan baik. Nah, dalam dunia bisnis, lingkungan juga sangat penting. Bukan hanya lingkungan kerja, tapi juga lingkungan alam.

Perusahaan harus menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap sehat dan lestari, seperti mengurangi emisi karbon, menghindari pembuangan limbah sembarangan, dan lain sebagainya. Soalnya, kalau lingkungan rusak, bisnis juga bakal terkena dampaknya. Seperti main bola di lapangan berlubang, kan susah?

Social (Sosial)

Lanjut ke sosial. Kalau di sepak bola, sosial ini bisa diartikan sebagai hubungan antar pemain dalam satu tim. Kalau hubungannya baik, maka kerjasamanya juga akan baik dan peluang untuk menang akan lebih besar. Nah, dalam dunia bisnis, hubungan sosial juga sangat penting.

Perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar, karyawannya, dan juga para pemegang saham. Misalnya dengan memberikan gaji yang layak, melakukan CSR, dan transparan dalam berkomunikasi. Ingat, bisnis itu bukan cuma soal untung-rugi, tapi juga soal hubungan dengan orang lain.

Governance (Tata Kelola)

Nah, kalau governance ini seperti wasit dalam sepak bola. Wasit berfungsi mengatur jalannya pertandingan, memberikan hukuman jika ada yang melanggar, dan memastikan pertandingan berjalan adil. Dalam bisnis, tata kelola berfungsi serupa.

Perusahaan harus memiliki sistem yang baik dalam menjalankan bisnisnya, seperti memisahkan antara pemegang saham dan manajemen, transparan dalam melaporkan keuangan, dan memastikan tidak ada korupsi. Ingat, bisnis itu bukan cuma soal menang, tapi juga soal bermain dengan cara yang benar.

Nah, itu dia penjelasan per huruf dari ESG melalui analogi sepak bola. Kini kamu sudah paham, kan?

Tapi tunggu dulu, siapa sih yang pertama kali punya ide gila ini? Siapa yang pertama kali berpikir, “Hei, kita harus berbisnis tapi juga peduli lingkungan, masyarakat, dan berlaku adil”? Well, perjalanan ESG ini seperti film superhero, punya origin story-nya sendiri yang cukup menarik.

Pada zaman dahulu kala (baca: sekitar awal 2000-an), dunia bisnis adalah seperti hutan belantara, dimana siapa yang kuat, dia yang menang.

Tapi, ada beberapa orang yang merasa, “Woy, ini nggak adil dong! Kenapa harus yang kuat doang yang menang?”. Mereka ini semacam Avengers-nya dunia bisnis.

Nah, di awal tahun 2005, mereka mendapatkan bala bantuan dari Sekjen Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) waktu itu, Kofi Annan. Ia mengirim surat kepada para CEO dari berbagai perusahaan investasi global dan bilang, “Yuk, kita buat standar investasi yang lebih adil dan berkelanjutan. Kita namakan… UN Principles for Responsible Investment (PRI)!” (Bukan seperti itu persis sih, tapi intinya gitu lah).

Setelah melalui berbagai diskusi dan perdebatan (bisa dibayangkan seperti rapat Avengers), akhirnya lahirlah UN PRI pada tahun 2005. Di sinilah konsep ESG pertama kali diperkenalkan ke publik, dan sejak itu, ESG menjadi semacam “Infinity Stones“-nya dunia investasi.

Kalau perusahaan bisa mengumpulkan dan mengimplementasikan ketiga aspek ESG, mereka bisa menjadi ‘Thanos’ dalam dunia bisnis yang berkelanjutan.

Namun, seperti setiap cerita superhero, ada juga penjahatnya. Ada beberapa orang yang merasa ESG ini adalah beban dan mengganggu keuntungan mereka. Mereka berpikir, “Ngapain peduli lingkungan? Ngapain peduli masyarakat? Yang penting kan untung!” Tapi, seperti Avengers yang selalu menang, konsep ESG ini semakin kuat dan semakin banyak yang menerapkannya.

“This supersedes political parties, race, creed, religion, it doesn’t matter. If we do not solve the environment, we’re all damned.”

Elon Musk – CEO of Tesla and SpaceX

Sejak saat itu, ESG telah berkembang dan menjadi bagian penting dalam dunia bisnis dan investasi. Sekarang, perusahaan yang tidak menerapkan ESG bisa dibilang ketinggalan zaman, seperti ponsel jadul yang belum bisa internetan.

Jadi, itulah sejarah singkat tentang ESG. Mungkin kedengarannya serius, tapi kalau dipikir-pikir, ESG ini sebenarnya lucu juga. I mean, bayangkan saja, ada sekelompok orang yang berpikir bahwa bisnis itu bukan hanya soal mencari untung, tapi juga soal menjaga lingkungan, masyarakat, dan berlaku adil.

Itu seperti memaksa Thanos untuk menjadi vegan, atau memaksa Iron Man untuk hemat listrik. Tapi, di akhir hari, kita semua tahu bahwa itulah yang seharusnya dilakukan.

With great power comes great responsibility

Spiderman

Kenapa ESG itu penting bagi dunia?

Dengan menerapkan ESG, perusahaan bukan hanya akan mendapatkan keuntungan secara finansial, tapi juga keuntungan dalam bentuk lain, seperti reputasi yang baik, hubungan yang harmonis dengan masyarakat, dan lingkungan yang tetap lestari. Ingat, kalau lapangan sepak bola kita rusak, kita nggak bisa main bola lagi, kan?

Kalau diumpamakan seperti makanan, ESG ini seperti cabe. Tanpa cabe, makanan kita mungkin tetap enak, tapi kurang “kick“. Nah, dengan ESG, bisnis kita jadi lebih “berasa”, lebih “kick“, dan tentunya lebih bertanggung jawab.

Tapi, bagaimana caranya menerapkan ESG?

Pertama, kita harus memahami dulu apa yang dimaksud dengan Environmental, Social, dan Governance. Dalam hal ini, perusahaan bisa mengikuti berbagai seminar atau pelatihan tentang ESG. Atau bisa juga membaca buku tentang ESG.

Salah satu buku yang bisa dijadikan referensi adalah “The Age of Sustainable Development” oleh Jeffrey D. Sachs. Beberapa literatur online lokal juga sudah mulai banyak lho membahas ESG. Atau yang ingin simple awam gak pakai translate, baca artikel ini juga jadi solusi lho, hehe.

Kedua, perusahaan harus melakukan audit internal untuk mengetahui sejauh mana mereka sudah menerapkan ESG. Dalam hal ini, mereka bisa menggunakan berbagai standar yang sudah ada, seperti GRI (Global Reporting Initiative), SASB (Sustainability Accounting Standards Board), dan lain sebagainya.

Ketiga, perusahaan harus membuat rencana aksi untuk menerapkan ESG. Rencana aksi ini harus mencakup tujuan, langkah-langkah yang akan dilakukan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilannya.

Keempat, perusahaan harus melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui apakah rencana aksi ESG mereka sudah berjalan dengan baik atau belum. Jika belum, mereka harus segera melakukan perbaikan.

Kelima, perusahaan harus transparan dalam melaporkan progress mereka dalam menerapkan ESG. Ini penting untuk menjaga kepercayaan pemegang saham dan masyarakat.

Nah, itu dia penjelasan super awam tentang ESG dan bagaimana cara menerapkannya. Semoga dengan penjelasan ini, kamu jadi sedikit lebih paham tentang ESG dan bisa menerapkannya dalam bisnis atau investasi kamu.

Ingat, bisnis itu bukan cuma soal mencari untung, tapi juga soal bagaimana kita bisa berkontribusi bagi lingkungan, masyarakat, dan juga menjaga tata kelola yang baik.

Sekarang, saatnya kamu beraksi! Ingat, ESG bukanlah Es Serut Gula, tapi bisa jadi stimulan yang bisa membuat bisnismu lebih ‘manis’ dan berkelanjutan. Selamat ber-ESG!

Salam Perspexto!

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑