Lempar Hobi, Dapat “Uang Laki”: Strategi Monetisasi Hobi yang Mengasyikkan

Photo by: Kyle Cassidy

Sebut saja Omar, Papa muda mapan ibukota yang gemar banget olahraga lari yang selalu rajin curi-curi waktu berlari dimanapun dan kapanpun. Ibarat batu yang ada di karet ketapel yang siap terbang, kalau ada jeda 30 menit aja, dia langsung melesat hilang dengan baju dan sepatu larinya entah itu di Gym atau di area Gelora Bung Karno Jakarta.

Gak heran kalau kemampuan dan teknik berlari Omar bisa dibilang diatas rata-rata jika dibandingkan dengan teman-temannya.

Omar adalah runner yang sering berlatih lari sendirian dibanding rame-rame bareng dengan teman-temannya. Satu-satunya sesi dia lari bareng adalah sesi tiap minggu pagi bareng Istri dan anaknya yang juga sudah mulai terserang “virus”lari dari si Omar.

Sesuatu yang cukup aneh bukan?

Biasanya untuk seorang expert run holic, lari bareng terus nongkrong di rame-rame di café atau resto untuk sekedar sarapan, chit chat ngalor ngidul untuk mempererat silaturahim merupakan sebuah budaya bagi para run holic. Namun hal ini gak berlaku buat si Omar dan bahkan teman-temannya sendiri sudah hafal “settingan standar” si Omar.

Apakah Omar sesibuk itu? Apakah dia menganggap lari bareng akan memperlambat larinya sehingga akhirnya dia selalu ingin menyendiri? Usut punya usut ternyata alasan utama dari seringnya Omar menyendiri adalah bahwa dia sangat berhati-hati dalam mengatur anggarannya.

Ahh.. mungkin terlalu formal, sebut saja si Omar “cuan” nya cekak buat nongkrong-nongkrong alias gak punya alokasi duit.

Lho, bukannya tadi dia sudah sangat mapan?

Yup, tidak ada yang salah dengan narasi kemapanan Omar, semuanya valid. Namun di sisi lain yang terjadi adalah seluruh pengaturan keuangan keluarga dilakukan oleh istrinya, termasuk berapa isi dompet bahkan lalu lintas kartu pembayaran Omar. Oke sampai sini paham dan mulai tarik nafas buat kita semua, huff!

Potret Omar seakan mewakili budaya serupa yang terjadi di banyak rumah tangga pada umumnya (kecuali penulis lho ya..hehe), dimana pengelolaan uang yang cukup posesif yang dilakukan oleh para istri cenderung membuat para suami tertekan (terutama para suami yang sholeh dan “lurus”).

Alih-alih merasa nyaman, budaya ini seringkali akhirnya membatasi kehidupan sosial dan bahkan perluasan relasi bisnis personal sang suami. Kondisi yang akhirnya membuat para suami merasa terkekang dan stress. Gak stress gimana, coba mau beli sesuatu atau mau nongkrong aja harus izin dan minta dropping dana dari istri, lebih baik gak usah beli apa-apa, dah tutup mata cuss balik aja!

Uang Laki” adalah solusinya, tapi bagaimana mendapatkannya?

Mungkin saat ini yang terpikir di semua kepala para bapak-bapak yang malang tersebut adalah bagaimana bisa pegang sebagian uang sendiri, atau istilah gaulnya yaitu gimana bisa menghasilkan dan mengelola sendiri “uang laki” yang bebas dari “target operasi” bulanan sang Istri?

Hei, bagaimana dengan “mengais” cuan dari hobi?

Hobi merupakan aktivitas yang dilakukan didasarkan pada kesukaan, kecintaan dan passion atas sesuatu hal dengan “imbalan” kepuasan pikiran atau kenikmatan serta Kesehatan fisik. Tidak ada pemikiran materialistis berupa uang saat seseorang pertama kali melakukan menekuni hobi mereka di tengah kesibukan pekerjaan.

Hobbies are great distractions from the worries and troubles that plague daily living

Bill Malone

Nah, setidaknya kamu-kamu yang sudah bapak-bapak dan memang berniat untuk mencari penghasilan tambahan sebagai “uang laki” perlu mempertimbangkan bagaimana hobi yang kamu jalani dapat menghasilkan pundi-pundi tambahan rahasia dan tidak terduga, alias udah saatnya seneng-senengnya di monetisasi.

Namun apakah menghasilkan dari hobi semenarik itu? Tentu saja, setidaknya ada beberapa alasan yang dapat dijadikan alasan kenapa “mengais” cuan dari hobi sangat mengasyikkan

#1 Seneng-seneng tapi dapat duit

Bayangkan hobi kamu adalah makan. Eh, ternyata kamu bisa menulis review tentang tempat-tempat makan itu atau jual ekspresi makanmu di konten video sosial media dan mendapatkan uang dari sana. Mantap, kan? Makin lahap makan sambil duit ngalir!

#2 Bekerja kapanpun, Like a Bos!

Siapa bilang kerja harus di kantor dan dari jam 9-5 tiap hari? Jika hobi kamu bisa dijadikan sumber penghasilan, maka jam kerja kamu adalah kapan pun kamu mau. Ingin kerja tengah malam sambil nonton serial favorit? Silakan, bos!

#3 Jauh dari stress tidak sehat

Stress itu penting untuk membuat kita tetap waspada dan awas, namun kalau stress nya di bidang yang kita gk ada passion atau cintai dan berlebih, jadi gak sehat lho! Nah, kalau kerjaannya sesuai hobi, stress akan dikonversi menjadi semangat 45. Kerjaan nggak lagi terasa berat, malah jadi kayak bermain. Selamat tinggal rambut rontok, hello hidup sehat!

#4 Naik level ke Profesional

Ngoprek hobi sambil cari duit? Itu artinya kamu akan makin sering dan makin dalam berkecimpung di dunia hobi kamu. Hasilnya, pengetahuan dan skill kamu makin mantap. Siapa tahu, suatu hari kamu jadi pakar di bidang hobi kamu!

#5 Gak ada batasan penghasilan

Kalau hobi kamu bisa menghasilkan, maka potensi pendapatan kamu bisa tak terbatas. Semakin kreatif, semakin hebat hasilnya. Duit bisa mengalir deras seperti air terjun. Laris..laris!

If you have no problems at your job you don’t have a job you’ve got a hobby

Ronald Dunn

Tapi seperti layakanya sebuah ajakan dan anjuran klasik, hal-hal diatas merupakan impact positif dari monetisasi hobi yang bisa didapat dengan syarat. Lho kok bersyarat?

Yup, setidaknya kita harus paham dulu aturan dasar untuk mendapatkan “kenikmatan” adalah perlu nya berjuang untuk mendapatknya. Monetisasi hobi bukan hal yang mudah semudah membalik telapak tangan. Keahlian dan kemampuan yang biasa kamu gunakan untuk menyenangkan diri tidak serta merta dapat diterapkan secara plug and play kepada orang lain untuk diambil manfaatnya.

Setidaknya ada beberapa rumus yang perlu kamu perhatikan dalam memulai dan mengkonversi hobimu menjadi mesin pengeruk cuan antara lain:

#1 Berkenalan lagi dengan hobi kamu

Pahami lagi A to Z dan sedalam-dalamnya tentang hobi kamu. Sampai di level mana kamu menguasai hal tersebut? Aspek tertentu apa yang menjadi favoritmu? Apa yang membuat kamu berbeda dengan levelmu saat ini? Problem apa yang dihadapi orang-orang sehari-hari yang berhubungan dengan hobimu? Mengenali hobi kamu akan membantu kamu menemukan peluang untuk menghasilkan uang yang mungkin belum kamu sadari

#2 Wujudkan hobi kamu dalam bentuk produk/ jasa

Setelah kamu paham posisi, level kemampuan dan apa saja permasalahan di khalayak umum terkait dengan hobimu, maka saatnya mengemasnya menjadi solusi berupa produk atau jasa yang akan di manfaatkan oleh orang lain. Ingat, tepat guna merupakan 2 kata yang lebih impactful daripada sekedar membuat suatu produk/ jasa yang bagus/ sophisticated  menurut kamu namun tidak dibutuhkan orang.

#3 Promosikan secara cerdas

Setelah kamu memiliki produk atau jasa untuk dijual, kamu perlu mempromosikannya. Ada banyak cara untuk melakukan ini, mulai dari memposting di media sosial, memberi tahu teman dan keluarga, hingga memasang iklan online. Jangan ragu untuk menjadi kreatif dengan cara kamu mempromosikan bisnis kamu

#4 Ukur, evaluasi dan (terus) tingkatkan

Untuk sukses dalam bisnis, kamu perlu terus memonitor dan mengevaluasi kinerja kamu. Apakah ada aspek tertentu yang berhasil dengan baik? Apakah ada hal yang bisa kamu tingkatkan? Dengan melakukan evaluasi secara teratur, kamu bisa memastikan bahwa kamu selalu bergerak ke arah yang benar dan terus berkembang

#5 Jangan lupa Bahagia alias nikmati prosesnya

Menghasilkan uang dari hobi bisa menjadi pengalaman yang sangat memuaskan, tetapi itu tidak berarti itu tidak akan ada tantangannya. Pastikan untuk selalu menjaga perspektif positif dan mengingat mengapa kamu mencintai hobi kamu di tempat pertama. Itulah yang akan membantu kamu melewati masa-masa sulit dan terus maju menuju sukses.

Serupa tapi tak sama

Kalau dijabarkan seperti diatas, sebenarnya gak ada bedanya lho antara bisnis dan hobi. Maksudnya kalau kamu menjadikan monetisasi hobi sebagai kerjaan sampingan dari kerjaan utamamu sebagai (anggaplah) eksekutif di suatu perusahaan, maka kamu akan menemukan bahwa yang membedakannya adalah passion dan gairah untuk menjalaninya. Bayangkan, ngejalani secara cuma-cuma aja udah seneng, apalagi dibayar, bener gak?

Namun sampai sini kayaknya gak afdol kalau kita gak menengok lagi si Omar yang daritadi juga ternyata ikutan baca sambal bengong hehe.

Dari penjelasan sebelumnya kita tahu profil si Omar adalah seorang pelari yang sudah cukup terampil dan berpengalaman. Anggap saja Omar sudah paham dengan positioning kemampuannya, maka dia dapat mencoba mengemas hobi larinya (rumus nomor 2) dengan beberapa “produk dan layanan” yang lagi hits antara lain,

#1 Pelatihan dan konsultan lari

Dengan kemampuan dan pengetahuan yang baik tentang lari, Omar dapat membantu orang lain yang ingin belajar cara berlari dengan baik dan efisien. Anda bisa mengenakan biaya per jam atau per sesi pelatihan.

#2 Vlog atau Blog tentang ilmu per-Lari an

Omar bisa mulai membuat blog atau vlog tentang lar untuk berbagi tips dan trik, rutin latihan, diet seimbang untuk pelari, dll. Blog atau vlog ini bisa di monetize dengan iklan, sponsor, atau menjual produk afiliasi.

#3 Jual produk apparel Lari

Menjual produk yang berkaitan dengan lari, misalnya sepatu lari, pakaian lari, gelang identitas, lampu lari malam, dll yang bisa dilakukan secara online atau offline

#4 Bikin event lari

Opsi bagus kalau mau serius menghasilkan “cuan”. Menurut salah satu publikasi di Kontan.id, omset penyelenggaraan event lari untuk 1.000 s/d 2.000 peserta bisa mencapai Rp. 700 – 1,5 Miliar, Wow!

Menjadi penyelenggara event lari juga akan menambah pengetahuan dan eksposure baru dalam dunia sport organizer. Siapa tau ini kelak akan jadi perusahaan pribadi si Omar kedepannya.

Making money is a hobby that will complement any other hobbies you have, beautifully

Scott Alexander

Cukup menjanjikan dan menarik ya ternyata bagaimana memonetisasi hobi itu. Jika bisa disimpulkan, sebenarnya ini tentang bagaimana mengkombinasikan kemampuan manajerial dan kepekaan bisnis didasari oleh passion serta gairah yang membawa semuanya ke konsistensi.

Dan yang paling penting, jangan lupa misi kita di awal membantu Omar dan siapapun yang “senasib” menemukan solusi alternatif sumber dalam mendapatkan penghasilan tambahan dalam rangka mendapatkan “uang laki” melalui hal yang mungkin belum terpikir sebelumnya yaitu hobi.

Bagi ibu-ibu yang kebetulan baca artikel ini, Alhamdulillah yuk ambil positifnya dan percayalah saya hanya berusaha membantu para suami untuk lebih kreatif untuk berkarya..hehe, Peace!

Salam Lelaki!

Salam Perspexto!

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑