Mengapa Bersepeda? Filosofi Hidup di Balik Pedal

Photo by: Clint; Source: Personal Doc

Setiap pagi, saat fajar masih merona lembut menyapa pinggiran Ibukota, saya memulai hari dengan merenggangkan otot-otot yang masih kaku dan beranjak menuju sepeda kesayangan saya.

Pagi ini tidak berbeda. Dengan langkah semangat, saya menjejakkan kaki di luar rumah, menikmati udara pagi yang segar, menyambut dunia menjemput rizki dengan senyuman.

Saya, seorang perantau Ibukota Jakarta yang masih memilih untuk bersepeda. Ya, sepeda kayuh! Bukan mobil, atau motor (ini opsi kedua saya) melainkan sepeda.

Mengapa? Karena bagi saya, bersepeda lebih dari sekedar transportasi. Itu adalah filosofi hidup, sebuah perjalanan yang menceritakan banyak hal.

“The bicycle is a curious vehicle. Its passenger is its engine.”

John Howard, US cyclist

Bersepeda adalah cerita tentang kemandirian dan keberanian. Saat saya menaiki sepeda, saya mengambil kendali penuh atas perjalanan saya. Tidak ada supir atau pilot otomatis, hanya saya, sepeda, dan jalan yang dilalui. Itu mengajarkan saya bahwa dalam hidup, kita harus aktif mengambil kendali dan berani mengambil resiko.

Bersepeda juga adalah cerita tentang kesederhanaan dan kebahagiaan. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada merasakan angin pagi menampar wajah, mendengar kicauan burung, dan melihat kehidupan kota bangun.

Kesenangan itu tidak bisa dinilai dengan harta, mobil mewah, atau apa pun yang bisa dibeli dengan uang. Itulah kenapa, saya memilih untuk tetap bersepeda. Karena sepeda bukan hanya alat transportasi, melainkan sebuah cara untuk menjalani hidup dengan penuh sukacita.

Ketika saya bersepeda, saya menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar, sebuah keluarga global para pengendara sepeda yang saling menghormati dan mendukung. Saya berinteraksi dengan mereka, belajar dari mereka, dan berbagi pengalaman dengan mereka.

Ini membawa saya ke sebuah pemahaman bahwa keberhasilan bukanlah tentang seberapa jauh kita bisa pergi sendiri, melainkan seberapa jauh kita bisa pergi bersama-sama.

Tidak hanya itu, bersepeda adalah cara saya berkontribusi pada dunia. Dengan memilih sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari, saya membantu mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan, dan memberikan contoh positif untuk generasi mendatang.

Ini adalah komitmen saya untuk masa depan planet ini, dan ini memberi saya rasa tujuan dan kebanggaan.

Jadi, meski saya bisa memilih cara lain, saya memilih bersepeda sebagai transportasi utama berangkat kerja. Bukan hanya karena itu menyenangkan, sehat, dan ramah lingkungan, melainkan karena itu mengajarkan saya tentang hidup. Tentang bagaimana menjadi independen, berani, sederhana, dan tentu saja bahagia. Tentang bagaimana menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dan bagaimana memberikan kembali kepada dunia.

Mengayuh sepeda di jalanan ibukota, saya merasakan kebebasan yang sulit diukur secara materi. Saya merasakan kegembiraan yang tidak dapat diberikan oleh mobil atau motor mewah. Saya merasakan kedamaian di tengah adrenalin tiap kayuhan yang hanya bisa diberikan oleh pagi yang masih muda dan bisikan doa awal hari dari tiap pengguna jalan.

Bersepeda juga memberikan saya kesempatan untuk merenung, untuk berpikir, dan untuk merasakan. Saat mengayuh, pikiran saya menjadi lebih jernih, visi saya menjadi lebih tajam, dan perasaan saya menjadi lebih kuat. Saya melihat dunia dari perspektif yang berbeda, dan itu membantu saya menjadi pemimpin yang lebih baik, seorang ayah yang lebih baik, dan seorang manusia yang lebih baik.

Di luar aktivitas kantor atau bekerja, bersepeda juga memberi saya kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga. Saya sering mengajak anak-anak saya bersepeda di akhir pekan. Kami berbagi cerita, tertawa bersama, dan membuat kenangan yang akan kami ingat selamanya.

Itu membantu kami menjalin ikatan yang lebih kuat dan membantu saya mengajarkan kepada mereka nilai-nilai yang saya pegang teguh: kemandirian, keberanian, kewaspadaan, kesederhanaan, kebahagiaan, rasa komunitas, dan mencintai anugrah jasmani serta alam.

Bersepeda juga mengajarkan bahwa keberhasilan tidak diukur oleh apa yang kita miliki, tetapi oleh apa yang kita lakukan dan bagaimana kita melakukannya.

Kebahagiaan tidak datang dari harta yang kita miliki, tetapi dari momen yang kita ciptakan dan orang-orang yang kita cintai. Dan saya telah belajar bahwa hidup bukan tentang mencapai tujuan, tetapi tentang menikmati perjalanan.

“Truly, the bicycle is the most influential piece of product design ever.”

Hugh Pearman, British author

Jadi, mengapa pada akhirnya saya masih bersepeda? Karena bagi saya, bersepeda juga bukan hanya tentang perjalanan dari titik A ke titik B. Itu tentang perjalanan ke dalam diri sendiri, tentang menjelajahi dunia dan menemukan kebenaran tentang siapa kita dan apa yang benar-benar penting dalam hidup ini.

Dan itulah alasan terbaik untuk terus bersepeda.

Jadi, yuk gowes!

Salam Perspexto!

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑