
Di era digital yang serba canggih ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Begitu juga dalam konteks keagamaan, terutama Islam, teknologi dan digitalisasi telah membawa dampak yang signifikan.
Maka, penting bagi kita untuk memahami bagaimana mempraktikkan teknologi dan digitalisasi dalam pandangan Islam yang baik dan benar.
Sebagaimana pohon yang tumbuh subur dengan akar yang kuat, teknologi dan digitalisasi dalam pandangan Islam harus ditanamkan pada nilai-nilai keimanan yang kokoh.
Dengan demikian, pertumbuhan teknologi akan sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, serta memberikan manfaat yang luas bagi umat manusia.
Pertama, kita perlu menyadari bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu.
Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda,
“طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ” yang artinya “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam konteks ini, selain ilmu Syar’i, teknologi dan digitalisasi dapat dianggap sebagai wujud dari ilmu pengetahuan selama dimanfaatkan untuk kebaikan dan mendukung amal ibadah sebagai jalan kita ke Surga-Nya.
Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi harus diarahkan untuk mendukung tujuan-tujuan yang mulia, seperti peningkatan kualitas hidup, penyebaran informasi yang benar, dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Sebagai contoh, teknologi internet dan media sosial saat ini telah menjadi platform yang efektif untuk berdakwah dan menyebarkan kebaikan.
Umat Islam dapat memanfaatkan media sosial untuk mengajak orang lain mempelajari ajaran Islam, serta menyampaikan informasi yang benar dan menarik tentang agama.
Namun, kita harus bijak dalam menggunakan media sosial, sebagaimana seorang nelayan yang pandai memilih jaring yang tepat untuk menangkap ikan. Kita perlu memilah informasi yang baik dan benar, serta menjauhi berita bohong dan fitnah yang dapat merusak hubungan antar umat manusia.
Kemudian, teknologi juga dapat membantu kita dalam memperdalam ilmu agama. Aplikasi Al-Qur’an digital (Quran digital), misalnya, dapat membantu kita untuk mempelajari kandungan Al-Qur’an dengan lebih praktis, dimanapun dan kapanpun.
Begitu pula dengan aplikasi pengingat waktu salat, yang dapat membantu kita untuk disiplin dalam menjalankan ibadah.
Dalam hal ini, teknologi ibarat air yang mengalir di sungai, membawa kebaikan dan kemudahan dalam kehidupan kita, asalkan kita mampu mengelolanya dengan bijaksana.
Namun, penggunaan teknologi dan digitalisasi dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki potensi bahaya jika tidak diimbangi dengan kebijaksanaan. Seperti pisau bermata dua, teknologi bisa menjadi alat yang membantu atau malah membahayakan kita, tergantung pada cara kita menggunakannya.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga diri dari dampak negatif teknologi, seperti kecanduan, penyebaran konten haram, dan penyalahgunaan data pribadi.
Salah satu carauntuk menghindari dampak negatif teknologi adalah dengan menjaga batasan dan keseimbangan dalam penggunaannya.
Seorang Muslim harus mampu mengontrol diri dan menggunakan teknologi dengan bijaksana, agar tidak terjebak dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Sebagai contoh, kita harus menghindari mengakses konten yang mengandung unsur pornografi, kekerasan, atau perjudian, yang jelas-jelas dilarang dalam Islam.
Teknologi juga bisa berdampak pada kualitas ibadah kita, terutama dalam menjaga konsentrasi dan khushu’ saat beribadah. Oleh karena itu, kita perlu memastikan bahwa teknologi tidak mengganggu ibadah kita, seperti mematikan notifikasi ponsel saat salat atau menempatkan ponsel di tempat yang jauh dari kita saat membaca Al-Qur’an.
Terlebih lagi kalau teknologi itu sendiri akhirnya memalingkan kita sejenak dari panggilan ibadah Allah, seperti salah satunya tidak menghiraukan adzan karena asyik bersosial media.
Selain itu, dalam menghadapi era digital, penting bagi kita untuk menjaga akhlak yang mulia dan menjalin hubungan baik dengan sesama. Teknologi seharusnya tidak membuat kita melupakan nilai-nilai luhur seperti sopan santun, toleransi, dan saling menghargai.
Ketika berinteraksi di media sosial, kita harus menjaga ucapan dan perilaku kita, sebagaimana seorang petani yang berhati-hati dalam menyemai benih di ladangnya, agar bisa mendapat hasil tuai atau panen yang baik juga kelak.
Dalam konteks pendidikan, teknologi dan digitalisasi telah membuka peluang baru bagi umat Islam untuk mengakses sumber ilmu pengetahuan yang luas dan berkualitas.
Platform belajar daring misalnya, memungkinkan kita untuk belajar dari para ulama dan ahli agama di seluruh dunia, tanpa harus meninggalkan rumah.
Dalam hal ini, teknologi menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan sumber-sumber ilmu, sebagaimana burung yang terbang bebas di angkasa, menjangkau tempat-tempat yang jauh demi mencari makanan.
Pada akhirnya, marilah kita menjadi umat yang bijak dalam memanfaatkan teknologi dan digitalisasi, dengan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyebarkan kebaikan.
Kita harus ingat bahwa teknologi adalah anugerah yang diberikan oleh Allah, dan kita bertanggung jawab untuk menggunakannya sesuai dengan pandangan Islam yang baik dan benar.
Semoga kita mampu menjaga nilai-nilai keislaman dalam era digital, serta menggunakan teknologi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang mulia dan menjaga akhlak yang luhur.
Sebagai umat Islam, kita harus menjadi teladan dalam menghadapi tantangan di era digital, dan berupaya keras untuk meraih ridha Allah dan kebahagiaan dunia akhirat.
Wallahu a’lam bish-shawab.