
“Oh dia Gen Z ya, pantas lemah banget mentalnya, gampang galau suka protes kerjaan, dikit-dikit ngeluh butuh healing ..”
Ucapan yang saat ini cukup ngetrend didengar bahkan mungkin mulai populer dibaca atau dilihat melalui banyaknya meme yang viral di media sosial saat ini. Tapi apakah “vonis” terhadap gen Z itu benar adanya ? Ataukah hanya stereotape dari mulut ke mulut untuk memberikan “karakter sosial” tersendiri terhadap para gen Z yang (mungkin) hanya didasari oleh kebenaran pengamatan yang “dangkal” atau bahkan sama sekali tidak benar ? Apakah anda adalah salah satu dari para “penghakim”tersebut ? Mari kita bahas.
Generasi atau sering disebut Gen adalah istilah untuk menjelaskan sekelompok orang yang lahir dalam periode waktu yang berdekatan dengan karakteristik, tingkah laku, dan mungkin gaya hidup (mengecualikan tingkat finansial) yang serupa. Kelahiran sebuah generasi memang selalu menjadi fenomena tersendiri untuk dipahami karena melibatkan banyak sekali analisa psikologi yang memunculkan suatu ketertarikan baru bagi para masyarakat untuk mempelajarinya lebih dalam.
Each new generation is reared by its predecessor; the latter must therefore improve in order to improve its successor. The movement is circular
Emile Durkheim
Generasi dapat mempengaruhi cara pandang seseorang atau sebuah kelompok kepada dunia dan bagaimana mereka bereaksi terhadap perubahan sosial dan budaya. Generasi juga sering memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemikiran, tindakan politik, ekonomi, dan teknologi yang mungkin tidak hanya di masa nya tetapi juga masa depan.
Berdasarkan penelitian dan konsensus para sosiolog di Amerika, penentuan generasi simulai dari awal abad 19 yaitu tahun 1900-an hingga saat ini dengan penjelasan sebagai berikut didasarkan pada timeline kelahirannya
The Greatest Generation (1900 – 1920)
Generasi yang berisi para patriotik, pejuang atau bahkan survivor di era depresi perang dunia ke-2. Mereka mayoritas mengalami kehidupan keras dalam era perang baik sebagai prajurit yang berjuang hidup mati atau bekerja dalam industri-industri serta bidang yang mendukung perang itu sendiri.

Di Indonesia, generasi ini terdiri dari para pejuang-pejuang kemerdekaan, “bapak bangsa”, para pemikir yang berperan sangat penting bagi kedaulatan Indonesia. Sebutlah seperti Ir. Soekarno (Presiden pertama Indonesia), Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, Bung Tomo dan lain-lain.
Secara umum generasi ini memiliki karakteristik
- Patriotik dan Loyal – Mereka memiliki kesan yang kuat tentang kepatuhan dan tanggung jawab. Mereka sangat loyal terhadap negaranya dan memiliki minat besar dalam memperjuangkan hal-hal yang mereka anggap benar
- Sikap Kerja Keras – Mereka dikenal sebagai generasi yang tenang dan memiliki sikap setia terhadap pekerjaan mereka. Mereka memiliki work ethic yang kuat dan bertekad untuk bekerja keras untuk memenuhi tanggung jawab mereka
- Nilai-nilai Tradisional – Mereka memiliki pandangan tradisional tentang keluarga dan tugas-tugas rumah tangga. Mereka mempercayai pentingnya komitmen dan stabilitas dalam keluarga dan hidup pribadi.
- Hormat terhadap aturan – Mereka memiliki sikap hormat dan mempercayai pentingnya mematuhi aturan dan hukum. Mereka menganggap penting untuk mempertahankan keamanan dan stabilitas sosial baik dari level yang paling kecil yaitu keluarga sampai level tata negara.
- Kepercayaan terhadap Institusi – Mereka memiliki kepercayaan yang kuat terhadap institusi seperti pemerintah, militer, dan organisasi keagamaan. Mereka percaya bahwa institusi-institusi ini memainkan peran penting dalam memelihara stabilitas dan keadilan sosial
- Keinginan kuat untuk mengenal dunia – Meskipun mereka memiliki pandangan tradisional tentang keluarga dan tugas-tugas rumah tangga, mereka juga memiliki keinginan untuk lebih dalam dunia dan mempelajari hal-hal baru. Mereka memiliki minat besar dalam hal-hal seperti rekreasi, perjalanan, dan hobi
The Greatest Generation merupakan orang tua dari beberapa silent generation dan seluruh generasi Baby Boomers, sehingga meskipun generasi ini terlahir sekitar satu abad yang lalu, nilai-nilai dan sikap mereka masih mempengaruhi bagaimana generasi penerusnya berpikir dan bertindak.
The Silent Generation (pertengahan 1920 – awal 1940)
Nama generasi ini diambil dari era perang dingin pasca perang dunia 2 dimana bukan lagi perang fisik namun peperangan dilakukan melalui strategi pengembangan teknologi, sosial dan propaganda politik dimana rahasia negara merupakan hal yang sangat prinsip untuk dilindungi walaupun sebagian dari mereka juga terlibat langsung dalam era perang dunia.

Umumnya generasi ini memiliki nilai-nilai atau karakteristik yang sama dengan The Greatest Generation namun sedikit lebih terbatas dan konservatif dalam berekspresi. Baik The Greatest Generation dan Silent Generation biasanya disebut juga sebagai generasi Tradisionalist yang tidak terpisahkan.
Baby Boomers (1946 – 1964)
Ledakan kelahiran dan harapan hidup yang tinggi berlangsung pasca era perang dunia 2. Peningkatan tajam dalam tingkat kelahiran, yang menyebabkan banyak kelahiran baru dalam waktu bersamaan. Ini menyebabkan adanya peningkatan besar dalam populasi anak-anak dan remaja, dan membuat generasi ini menjadi generasi terbesar pada saat itu, maka selamat datang para Baby Boomers.
Generasi ini merupakan keturunan dari para GG atau SG, generasi ini memiliki pengaruh besar pada masyarakat dan memimpin perubahan sosial dan politik termasuk menjadi pemimpin-pemimpin berpengaruh dalam periode-periode masa selanjutnya. Sebut saja presiden Indonesia saat ini, Bapak Jokowi, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan beberapa tokoh politik dan pengusaha berpengaruh di Indonesia lainnya.

Karaktersitik generasi ini meliputi
- Sikap Optimis dan Positif – Mereka dikenal sebagai generasi yang optimis dan memiliki pandangan yang positif tentang masa depan. Mereka memiliki harapan yang tinggi untuk masa depan dan percaya bahwa mereka dapat mencapai apa pun yang mereka inginkan
- Menjunjung nilai nilai kebebasan – Mereka memiliki pandangan yang kuat tentang pentingnya individualisme dan hak asasi individu. Mereka memperjuangkan hak-hak sosial dan politik bagi individu dan mempromosikan idea-idea tentang persamaan dan keadilan sosial
- Kompetitif & goal oriented – lahir dan hidup di populasi yang sangat besar membuat setiap orang harus bisa survive dan menjadi yang unggul agar dapat bertahan denganmenerapkan jiwa pekerja keras dan etos kerja tinggi. Hal inilah yang membuat mereka membentuk karakter kompetitif dan achiever yang kuat dalam diri mereka.
- Memiliki ikatan atau nilai keluarga yang kuat – ini nilai positif yang sering kita dapatkan dari para baby boomers dimana ikatan keluarga adalah segalanya termasuk saling percaya dan saling menjaga yang sering mereka terapkan juga di lingkungan kerja mereka.
Para baby boomers merupakan para pemikir bijaksana dan simbol peralihan zaman yang saat ini menjadi para mentor terbaik bagi para generasi muda. Peran yang sangat penting sebagai penyeimbang agar para generasi muda tidak lupa akan sejarah dan arti sebuah kerja keras.
Generation X (1965 – awal 1980 an)
Nama Gen X pertama dicetuskan oleh seorang penulis Douglas Coupland pada tahun 1991 dalam buku terkenalnya “Generation X: Tales for an Accelerated Culture“.
Asal kata “Generation X” berasal dari sebuah film tahun 1967 bernama “Wild in the Streets“, yang mengisahkan tentang generasi remaja yang memimpin revolusi politik dan sosial. Istilah ini kemudian menjadi populer untuk mengacu pada generasi yang terlahir pada era setelah Baby Boomer dan sebelum Generasi Milenial (Gen Y).

Generation ini dikenal realistis dan praktis, dengan fokus yang kuat pada karir dan kesejahteraan finansial. Mereka juga memiliki sikap skeptis terhadap institusi, pandangan yang terbuka serta inovatif serta salah satu generasi yang juga memahami dengan baik konsep keseimbangan pribadi, keluarga dan pekerjaan.
Sederhananya generasi ini menandai dimulainya pola pikir realistis dan kritis, salah satunya adalah kecenderungan generasi ini untuk mempertanyakan ulang status quo yang mungkin sudah menjadi acuan dan prinsip generasi sebelumnya, sehingga seringkali dianggap “pemberontak”.
Salah satu tantangan generasi ini adalah kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan kemajuan dunia modern saat ini terutama dalam mendukung peran mereka yang di masa kini bersama-sama dengan para generasi yang lebih muda, Teknologi memang menjadi persimpangan jalan bagi gen X, mereka yang sadar dan adaptif akan terus berkontribusi, sebaliknya mereka yang memilih konservatif akan pelan-pelan tersingkir mengikuti para gen traditionalist. Faktanya sekuat dan dan sehebat apapun konsep pemikiran dan pengalaman yang menjadi kekuatan utama generasi ini, teknologi akan tetap menjadi enabler utama terutama dalam rangka edukasi ke generasi-generasi selanjutnya.
Generation Y (pertengahan 1980 – akhir 1990 an)
Ibarat rasa masakan, Gen Y merupakan masakan yang dinggap memiliki komposisi yang pas bila disajikan kepada lidah semua generasi, kalaupun butuh penyesuaian, komposisi bumbu bisa dirubah secara minor atau cukup packaging nya saja di modifikasi, itulah Gen Y.

Gen Y atau disebut para millenial merupakan angkatan yang dianggap menjadi pionir dalam menjalani revolusi teknologi, Sebagai survivor revolusi, gen Y memiliki fleksibilitas yang lebih baik dalam membaur di masyarakat modern. Idealnya mereka dapat menjadi jembatan yang efektif antar generasi lama dan baru terutama dalam kolaborasi penyelesaian masalah dan pencarian ide dalam upaya menekan gap budaya serta teknologi walaupun pada kenyataannya umunya millenial lebih nyaman sebagai single fighter yang unggul.
Outspoken, good personal branding dan memiliki kemampuan dalam menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi (work life balance) adalah ciri karakteristik penting lain generasi yang juga menghargai tinggi etika kerja ini.
Namun di sisi lain, karakter single fighter yang super mandiri itu membuat Gen Y cenderung tidak sabar dalam meniti karir dimana dampak yang umum terjadi adalah seringnya demotivasi apabila mereka merasa kurang dihargai dalam jangka waktu tertentu yang mereka harapkan.
Satu lagi yang menarik, jika coba ditarik dari timeline waktu, saat ini para Gey Y umumnya juga dalam masa-masa transformasi kehidupan pribadi, yaitu dari single menjadi menikah, atau baru memiliki anak-anak kecil atau bahkan remaja awal (banyak sekali status mama muda dan papa muda yang diemban oleh para Gen Y saat ini). Faktor psikologis inilah yang (mungkin) bisa menjadi “tuas kebijaksanaan” para Gen Y dalam menekan kelemahan-kelemahan karakter mereka secara umum.
Generation Z (setelah Gen Y sampai saat ini)
Generasi yang saat ini sedang ngetrend dibahas, ya Gen Z adalah adalah generasi yang lahir bersamaan dengan perkembangan teknologi atau digitalisasi terutama informasi seperti internet yang benar-benar menjadi game changer di awal tahun 2000 an.

Para post-millenial ini merupakan gambaran masa depan dunia yang memang semakin syarat akan teknologi di segala aspek. Para gen Z secara umum memiliki sifat pragmatis yang didukung kemampuan adaptasi digital yang sangat cepat dan kreativitas mereka.
Sisi kreativitas tersebut membawa para post-millenials ini menjadi generasi paling mandiri dan memiliki mindset wirausaha (entrepreneur) yang seimbang (idealis sekaligus realistis).
Jika melihat di sisi tantangan, prinsip “jangan pernah lupakan sejarah” merupakan suatu hal yang harus mereka kejar. Komunikasi lintas generasi yang intens akan menjadi jembatan yang sangat baik dan juga sebagai “control tower” bagi para generasi sebelumnya untuk memastikan para Gen Z tetap on the track dengan atau tanpa teknologi.
Tapi taukah kamu bahwa ada ancaman nyata bagi para Gen Z yang mungkin belum benar-benar disadari ? degradasi fisik menjadi ancaman laten yang harus diwaspadai. Betapa tidak, kemudahan akses 24 jam diujung jari akan membuat seseorang terlena untuk benar-benar malas bergerak dan tanpa sadar menurunkan kodrat kekuatan tubuh mereka sebagai manusia secara perlahan. Maka, membentuk mindset bahwa asset mencakup fisik, mental dan pikiran sangat penting dilakukan oleh setiap Gen Z.
Jadi mana yang terbaik ?
Tidak ada generasi yang lebih unggul atau dapat mengklaim paling unggul yang pernah ada. Semua generasi memiliki kondisi dan tantangan masing-masing di masa nya.
Bayangkan begini, seumpama ada statement bahwa gen Y paling unggul karena merupakan generasi revolusi peralihan tradisional – digital ? Memang siapa yang membentuk dan mendorong revolusi itu ? Apakah Bill Gates, Steve Jobs, Larry Page dan Leonard Klinrock yang merupakan sebagian kecil peletak pondasi digital modern merupakan Gen Y ? No, mereka adalah para generasi Traditionalist, Baby Boomer dan Gen X. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki konsep berpikir melebihi eranya. Tidak ada Gen Y tanpa mereka.
Mungkin para traditionalist juga mengklaim mereka lebih hebat menaklukkan dunia daripada para generasi muda ? di masa itu kehebatan diukur dari seberapa jauh mereka menjelajah untuk berdagang, bernegosiasi atau berperang. Namun saat ini untuk menjadi seorang yang menaklukkan dunia pun tidak perlu harus berlayar keliling dunia untuk pembuktian, duduk manis dan berkaryalah di depan laptop atau kamera, biarkan internet membantumu menggapai misi penaklukan duniamu.
Setiap generasi berharap membawa perubahan yang mempermudah kehidupan generasi selanjutnya tidak sebaliknya
Kelebihan dan kelemahan karakter yang ada di setiap generasi adalah hasil dari inovasi, trend dan kebijakan dari generasi sebelumnya. Setiap generasi berharap membawa perubahan yang mempermudah kehidupan generasi selanjutnya tidak sebaliknya. Bahkan seorang Thanos pun yang ingin menghancurkan setengah alam semesta memiliki cita-cita dan mimpi membangun peradaban yang lebih baik dari sebelumnya yang dia hancurkan.
Kolaborasi dan empati adalah kunci
Lalu bagaimana meminimalisir dan bahkan menutup kelemahan antar generasi ?
Setiap kelemahan karakter yang walaupun menjadi tugas utama generasi tersebut untuk memahami dan memperbaikinya, namun dalam prakteknya tidak terlepas dari peran generasi lain untuk terlibat didalamnya

Jika kita coba kerucutkan, maka sebenarnya terdapat 3 generasi yang sampai saat ini masih eksis untuk aktif berinteraksi di kehidupan sehari-hari yaitu Gen X, Y dan Z terutama di dunia professional sebagai contoh. Maka bentuk interaksi umum yang harus dibangun berdasarkan karakter masing-masing generasi tersebut mungkin secara awam seperti ini
- Generasi X dapat membantu Generasi Y dan Z untuk memahami dan mengelola perubahan lingkungan dan teknologi dengan lebih baik. Generasi X memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, yang membuat mereka memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat.
- Generasi Y dapat membantu Generasi X dan Z untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Generasi Y memiliki kemampuan untuk menjadi bridging efektif antara generasi tradisional dan modern..
- Generasi Z dapat membantu Generasi X dan Y untuk memahami dan menggunakan teknologi dengan lebih baik. Generasi Z lahir dan tumbuh bersama teknologi dan internet, sehingga mereka memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menggunakan dan memahami teknologi serta konsep digital entrepreneurnya.
Contoh diatas menunjukkan apabila masing-masing memahami bahwa komunikasi dan empati adalah kunci, maka tidak akan ada lagi anggapan-anggapan saling mendeskreditkan antar generasi, dan memang dunia ini akan lebih indah jika ditempati dan dijaga bersama bukan ?
Jadi apakah masih yakin generasimu yang paling unggul ?