DESAIN PRODUK : Asyiknya bernosalgia Tugas Akhir Kuliah

“Tidak ada masa yang terindah selain masa kuliah teman …”

Ungkapan yang terkadang sampai saat ini sangat merdu didengar kembali apalagi kalau kita sedang mengalami penat, stress dan kebosanan dalam menjalani aktifitas kerja sebagai seorang professional sehari-hari.

Bicara tentang kuliah, jika lebih di perdalam lingkupnya.. maka menurut saya pribadi ada ungkapan lain yang lebih spesifik yaitu “tidak ada masa terindah selain masa kuliah di DESPRO” .. yup jurusan Desain Produk Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Despro ITS), dimana tempat saya menimba dan menjalani tempaan kawah chandradimuka .. tempat dimana keringat, air mata dan darah menjadi satu menjadi sebuah resep keberhasilan yang patut saya banggakan dan syukuri sampai kapan pun.

Despro dengan segala dinamikanya memang merupakan seuah kampus unik, nyentrik, terkesan bebas dan kadang mengundang decak kagum dan bahkan caci maki dari orang-orang atau mahasiswa lain yang melihat Despro dari luar. Keunikan itulah yang sebenarnya menjadi tantangan tersendiri bagi kami sebagai mahasiswa untuk bisa survive.. dalam arti berhasil lolos sampai dengan proyek Tugas Akhir (TA) dan lulus, atau terbawa arus sampe gak tau bagaimana cara keluar alias lulus 🙂

Bicara tentang karya tugas akhir (TA) atau istilah lainnya skripsi versi jurusan teknik, saya ingin sedikit bernostalgia dengan proyek TA saya di awal 2008 (udah 7 tahun tidak terasa), kali ini saya tidak ingin berpanjang lebar menulis tapi biarkan koran terbesar di Jawa Timur yang akan mengulasnya, selamat menikmati 🙂

 

[ Jawapos – Kamis, 24 Juli 2008 ]
Ambulans Kapasitas Tiga Pasien Rancangan Mahasiswa ITS
Cocok untuk Operasi Korban Bencana
34292_1385715398044_7103664_nTak sedikit ide baru yang muncul dari pajangan karya tugas akhir mahasiswa jurusan Desain Produk Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), di kampusnya minggu lalu. Salah satunya, ambulans berkapasitas tiga pasien.EKSTERIOR dominasi warna putih dengan garis merah, mobil tersebut tak berbeda dari ambulans biasa. Tapi, ketika melongok ke dalamnya, ada yang berbeda. Terdapat satu brankar, satu tempat tidur permanen, serta satu tempat tidur lipat di ruang serbaputih berkarpet biru tersebut.Itulah tugas akhir karya Clint Buyung Perdana, mahasiswa Desain Produk Industri ITS angkatan 2004. Rancangan ambulans tersebut dibuat dari tripleks, styrofoam, plastik, dan kawat.Meski baru model, pilihan mobilnya jelas, Isuzu Elf. ”Saya pilih mobil jenis itu dengan pertimbangan ukuran,” jelas Clint.Brankar pasien diletakkan di sisi kanan, sisi lainnya diisi tempat tidur permanen. Jika pasiennya satu, tempat tidur permanen bisa ditempati dokter atau perawat. Jika pasiennya dua, di bawah tempat tidur permanen ada bangku yang bisa ditarik untuk tempat duduk dokter.Jika pasiennya tiga, bisa membuka tempat tidur lipat di atas tempat tidur permanen. ”Penempatan pasien dibedakan berdasar tingkat keparahan luka,” kata pria 23 tahun itu.”Pasien yang membutuhkan lebih banyak tindakan medis harus di bawah,” jelasnya. Sebab, mereka harus mendapat pengawasan dokter terus-menerus.

Ambulans itu juga dilengkapi bak cuci tangan serta pintu kecil di belakang ruang kemudi untuk mengeluar-masukkan tabung oksigen. ”Itu untuk memudahkan saja. Misalnya, waktu isi ulang atau jika tabung itu harus dibawa ke luar,” ujarnya.

Total dana yang dibutuhkan untuk membuat satu ambulans versi Clint itu mencapai Rp 180 juta-Rp 190 juta. ”Itu sudah termasuk mobil. Peralatan lain seperti oksigen belum dihitung,” ungkapnya.

Ambulans tersebut cocok untuk operasi di daerah bencana yang umumnya membawa banyak korban. Karya Clint itu diuji dalam sidang kemarin. Ada beberapa kriteria penilaian dalam tugas akhir tersebut. ”Yang pertama tentu inovasinya. Kemudian, apakah secara teknis karya mereka bisa diterapkan serta apakah karya itu punya nilai ekonomis. Bukan hanya biaya rendah, tapi juga manfaatnya,” jelas Ellya Zulaika ST MDes, dosen Desain Produk Industri ITS.

Hasil ujian tersebut diputuskan minggu depan. Clint optimistis terhadap hasil karyanya itu. Apalagi, dr Koko, dokter tim SAR (Search and Rescue) PT HM Sampoerna, yang selama ini menjadi respondennya mengapresiasi rancangan tersebut. ”Ini saya sedang mengerjakan laporannya. Mereka sih bilang membutuhkan ambulans dengan kapasitas banyak seperti yang saya buat. Tapi, apakah ini akan ditindaklanjuti, saya belum tahu pasti,” katanya lantas tersenyum.

Ide merancang ambulans kapasitas tiga itu ditemukan Clint secara tidak sengaja. Padahal, sejak awal 2007, dia bingung mencari tema untuk tugas akhirnya. Berbagai cara sudah dilakukan, tapi semua inspirasinya belum mantap. Hingga suatu hari, dia diminta tolong mengantarkan temannya.

”Teman saya itu, Citra, adalah pencinta alam. Dia punya beberapa teman yang menjadi anggota SAR Sampoerna,” ungkapnya.

Berdua mereka pergi ke markas tim SAR di daerah Rungkut itu. Clint tidak menyangka bahwa pertolongan pada temannya tersebut bakal memberinya ide tugas akhir.

Saat berbincang dengan beberapa anggota tim SAR, Clint tahu bahwa mobile medical unit atau mobil pelayanan kesehatan yang mereka miliki tidak bisa maksimal jika digunakan di lokasi bencana yang agak terpencil. ”Misalnya, ketika menolong korban gempa di Jogja. Alasannya sih, ukuran mobilnya terlalu lebar. Jadi, tidak bisa masuk ke jalan-jalan yang sempit,” jelas Clint.

Meski bukan termasuk pencinta alam atau anggota tim SAR, pria asal Jember itu punya pengalaman bekerja di daerah bencana. ”Waktu banjir bandang di Situbondo kapan hari itu, saya jadi sukarelawan. Sebenarnya tidak sengaja sih. Karena ada keluarga saya yang tinggal di sana dan jadi korban, saya ikut membantu,” ungkapnya.

Karena itu, Clint sedikit tahu kesulitan tim SAR saat menolong atau mengevakuasi korban.

Berangkat dari masukan plus pengalaman itu, dia melakukan survei. Dia tidak hanya mengumpulkan pandangan dari anggota tim SAR, tapi juga bertemu dokter tim tersebut. Ya dr Koko itu. ”Katanya, di lokasi bencana, yang banyak dibutuhkan adalah ambulans,” tegasnya.

Clint pun tertantang menciptakan konsep ambulans yang berbeda. Dari data yang dia peroleh, kesulitan tim saat mengevakuasi korban adalah minimnya kapasitas ambulans. Umumnya, ambulans hanya bisa membawa dua pasien ditambah dokter dan perawat yang menjaga.

Dia berpikir keras untuk menambah kapasitas itu menjadi tiga plus perawat dan dokter yang menjaga. Tapi, ukuran mobil tidak terlalu besar agar lincah melewati jalan-jalan kecil.

Hampir setahun konsep tersebut digodok bersama dosen pembimbingnya, Ir Kresno Soelasmono. ”Total saya membutuhkan dua semester. Satu semester untuk menyusun konsep, satu semester lagi untuk mematangkan,” ujarnya.

Dia juga terus berkonsultasi dengan dr Koko. Setelah dirasa pas, Clint pun mewujudkan konsepnya dalam sebuah model.

Thanks 🙂
Edited by : Clint Buyung Perdana

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑